Rongga Hidung
a. Rongga Hidung
Rongga hidung merupakan tempat masuknya udara pemapasan Pada rongga
hidung terdapat rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk
menyaring udara. Udara yang masuk menjadi agak lembap dan mengubah suhu
udara agar sesuai dengan suhu tubuh.
Rongga hidung dibagi menjadi dua ruangan oleh sekat rongga hidung yang
diperkuat oleh (tulang rawan, sedangkan pada kedua sisinya terdapat
tonjolan-tonjolan pipih tulang rawan yang disebut konka. Konka banyak
mengandung kapiler darah sehingga jika udara yang masuk suhunya lebih
rendah dari suhu tubuh darah kapiler akan melepaskan energinya ke rongga
hidung menyebabkan udara yang masuk menjadi hangat.
Adanya rambut-rambut yang tumbuh ke arah luar lubang hidung dapat
menghalangi benda-benda asing yang tidak berbentuk gas, seperti debu
masuk ke dalam sistem pemapasan kita. Demikian pula dengan adanya
lapisan lendir pada permukaan rongga hidung menyebabkan kotoran yang
lebih halus akan melekat sehingga tidak ikut masuk kel paru-pam. Adanya
lendir menyebabkan juga udara kering yang masuk ke dalam rongga hidung
menjadi lembap. Oleh karena itu, pengambilan udara melalui rongga hidung
lebih aman karena udara yang masuk ke dalam rongga hidung akan
mengalami penyaringan dan penghangatan.
![]() |
| Penampang Melintang Rongga Hidung |
Rongga hidung dapat dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu:
- Vestibulum; berada tepat di belakang lubang hidung. Permukaannya ditutupi oleh jaringan epitel yang merupakan lanjutan dari kulit yang berada di luar tubuh sehingga masih terdapat rambut dan kelenjar-kelenjar yang terdapat pada kulit.
- Daerah ujung saraf penciuman: berada di bagian atas rongga hidung.
- Daerah pernapasan; merupakan daerah yang terbesar dari rongga hidung. Epitel yang terdapat di daerah ini berbeda dengan epitel di vestibulum, selain itu terdapat banyak sekali kelenjar-kelenjar yang menghasilkan lendir.
Fungsi Hidung
1. Alat Penciuman
Nervus olfaktorius atau saraf kranial melayani ujung organ pencium.
Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lender hidung,
yang dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius
dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril
halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius.
Bulbus olfaktorius pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang
terpencil, adalah bagian yang berbentuk bulbus (membesar) dari saraf
olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang ethmoid.
Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius
dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung, hingga mencapai daerah
penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak,
dimana perasaan itu ditafsirkan (Pearce, 2002).
2. Saluran Pernapasan
Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh
darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lender
semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Daerah
pernapasan dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut
yang mengandung sel cangkir atau sel lender. Sekresi dari sel itu
membuat permukaan nares basah dan berlendir. Diatas septum nasalis dan
konka selaput lender ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Adanya
tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epithelium pernapasan dan
menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar
permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara
disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan arena
kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya maka udara menjadi
hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lender menjadi
lembab (Pearce, 2002).
3. Resonator
Ruang atas rongga untuk resonansi suara yang dihasilkan laring, agar
memenuhi keinginan menjadi suara hidung yang diperlukan. Bila ada
gangguan resonansi, maka udara menjadi sengau yang disebut nasolalia
(Bambang, 1991).
4 Regulator atau Pengatur (Bambang, 1991)
Konka adalah bangunan di rongga hidung yang berfungsi untuk mengatur udara yang masuk, suhu udara dan kelembaban udara.
5. Protektor Atau Perlindungan
Hidung untuk perlindungan dan pencegahan (terutama partikel debu)
ditangkap oleh rambut untuk pertikel yang lebih kecil, bakteri dan
lain-lain melekat pada mukosa. Silia selanjutnya membawa kebelakang
nasofaring, kemudian ditelan (Bambang, 1991).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar